PENGEMBANGAN WISATA TERPADU BERBASIS CAGAR BUDAYA

Ari Sapto, Mashuri Mashuri

Abstract


Abstrak: Orang cenderung enggan berwisata ke candi, kecuali ke candi-candi yang besar dan megah. Candi yang besar memang jarang ditemukan sementara itu, peraturan perundangan tentang cagar budaya yang baru menuntut adanya paradigma baru dalam upaya pelestarian. Dalam paradigma baru tanggung jawab pelestarian lebih banyak diberikan kepada masyarakat, khususnya dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Kawasan wisata terpadu adalah salah satu alternatif sebagai contohnya cagar budaya berupa candi di kawasan Gunung Kelud lereng selatan. Dari semua candi memang yang paling monumental adalah Candi Penataran, tetapi yang relatif kecil sudah seharusnya juga mendapat perhatian dalam aspek pelestarian.

 

Abstract. People tend to ignore a temple when planning a tour except for the great and the glorious temples. The big temple is rarely found however the act of cultural preservation forces the new paradigm on the preservation effort. In the new paradigm, the preservation is under stakeholder’s responsibility, specifically in improving the prosperity. The integrated tourism area is one of several alternatives like cultural preservation of temple in the south of Kelud Mountain area. Penataran temple is the monumental one however the others (the small temple) should be realized in preserving aspect.


Keywords


Kata-kata kunci: candi, wisata terpadu, pelestarian; Keywords: temple, integrated tourism, preservation; Keywords: temple, integrated tourism, preservation; temple, integrated tourism, preservation

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.17977/sb.v8i2.4765



Flag Counter

 

 

 Creative Commons License

 Jurnal Sejarah dan Budaya is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.